Perbedaan pandangan adalah suatu hal yang biasa dikalangan manusia. Perbedaan pandangan ini bisa mencakup segala aspek kehidupan, mulai persoalan ekonomi, pendidikan, atau hal hal lain termasuk dalam agama, khususnya tentang pemahaman keislaman.

Perbedaan pemahaman keislaman inilah yang perlu kedewasaan lebih agar tidak terjadi perpecahan besar dikalangan umat, bahkan bisa juga jadi penyebab pertumpahan darah. Karena itulah Rosulullah SAW bersabda اخْتِلَافُ أُمَّتِي رَحْمَةٌ
“Perbedaan umatku adalah rahmat.”


Dalam hal kedewasaan menyikapi perbedaan, barangkali muslimin di Indonesia bisa menjadi contoh bagi umat Islam lain di penjuru dunia. Hal ini karena meskipun ada perbedaan dalam hal amaliyah bahkan aqidah, tidak sampai ada bentrokan besar antara dua kubu yang berbeda, apalagi sampai pertumpahan darah.


Itulah kenapa KH. Baha'uddin Nur Salim atau yang lebih akrab dipanggil Gus Baha' sebagaimana dalam video di channel youtube Santri Kalong, beliau menjelaskan bahwa Umat Islam di Indonesia punya tradisi konflik terbaik di dunia. Beliau mencontohkan, "kurang apa bencinya Gus Dur kepada FPI, atau FPI kepada Gus Dur, tapi paling banter mereka hanya adu statemen di depan wartawan. Itu bagus sekali, karena kalau di Arab, mungkin mereka sudah saling baku tembak"


Apa yang dijelaskan oleh Gus Baha' tersebut pada dasarnya sangat sesuai dengan yang disampaikan oleh Al-Imam Fakhruddin al-Razi رحمه الله تعالى :

‏"الجهاد بالحجة والدعوة إلى دلائل التوحيد أكمل آثارا من القتال".

Jihad dengan hujjah (argumentasi) dan mengajak kepada dalil-dalil tauhid lebih sempurna pengaruhnya daripada peperangan.
Al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib (juz 24 hlm 474).


Mungkin akhir akhir ini kita cukup khawatir pasca peristiwa politik pilpres 2014, pilkada Jakarta, hingga pilpres 2019 jagat media sosial begitu akrab dengan perbedaan argumentasi, perdebatan, bahkan caci maki yang terkadang bertemakan kajian keislaman. Tapi sebenarnya hal tersebut masih layak untuk disyukuri bahwa hal tersebut tidak sampai kepada konflik yang berupa bentrok fisik, bahkan pertumpahan darah seperti di timur Tengah.


Tentunya rasa syukur kita tersebut bukan berarti menghilangkan kewaspadaan kita akan potensi timbulnya bentrok fisik atau pertumpahan darah. Untuk itu Kolom Santri mengajak seluruh pembaca untuk meningkatkan kedewasaan dalam perbedaan, mempelajari dan mendalami hujjah dari pemahaman keislaman yang diyakini, lalu beradu argumentasi dengan dewasa tanpa caci maki.


Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan share kepada orang lain, dan tulis pendapat anda di kolom komentar ya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama