Siapa yang tak kenal gerakan yang masyhur disebut JamaahTabligh? Barang kali, pada abad ini, tidak ada gerakan dakwah yang masih eksis dan paling luas pengaruhnya bahkan sampai kepelosok pelosok negeri melebihi gerakan ini. Bahkan, konon, gerakan mereka telah menjangkau lebih dari 200 negara!


Gerakan yang saat ini mulai diakui banyak kalangan bisa menjadi jalan taubat dari mereka yang sebelumnya jauh dari agama mendadak berubah dengan praktik amaliah sunnah 24 jam ini benar benar terbukti barokahnya. Hal ini tentu saja tidak lepas sepak terjang dan perjuang dari sang perintisnya yang luar biasa.


Beliau adalah MaulanaMuhammad Ilyas Al Kandahlawy yang dikenal sebagai sosok yang sangat istikhlas atau konsisten dan totalitas dalam perjuangan dakwahnya. Hal ini bisa kita baca melalui biografi perjalanan hidup ataupun nasihat-nasihat beliau yang banyak ditulis oleh para Ulama.


Di antaranya adalah seperti yang termuat dalam salah satu surat yang beliau layangkan untuk murid dan keponakan beliau, Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawy (penyusun kitab fadhilah amal) sebagai berikut:


Sesungguhnya cita-citaku yang paling aku utamakan adalah bagaimana pikiran ,hati, kekuatan, dan waktuku hanya aku habiskan untuk tugas ini (dakwah dan tabligh).


Maulana Ilyas juga berkali-kali mengatakan,


“Bagaimana aku bisa sibuk dengan perkara selain dakwah dan tabligh, ketika aku melihat bagaimana ruh baginda Nabi merasa sedih dan sakit dengan apa yang telah dialami umatnya saat ini, yakni lemahnya mereka dalam agama dan aqidah, kehinaan, serta hilangnya  kehormatan di saat orang-orang kafir memiliki kekuasaan dan kedigdayaaan?!”


Baca juga : Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqih


Namun kendati demikian, Maulana Ilyas rohimahulloh bukanlah sosok yang cepat merasa puas dalam satu amal. Beliau bukanlah tipe orang yang hanya bersemangat dengan satu amal, kemudian malas atau malah meremehkan amal agama lainnya. Artinya, totalitas beliau dalam dakwah dan tabligh juga diiringi dengan semangat beliau dalam menghidupkan amal-amal lainnya.


Dalam biografi Maulana Ilyas yang ditulis oleh Sayyid Abul Hasan an-Nadwi, dikatakan bahwa di akhir hayat Maulana Ilyas, beliau banyak menekankan pentingnya ‘ilmu’ dan ‘dzikir’. Di antaranya beliau berkata:


“Sesungguhnya ilmu dan dizikir adalah dua roda gerakan (dakwah) ini. Kerja ini tidak akan bisa melangkah maju ke depan tanpa keduanya. Ilmu dan Dzikir merupakan dua sayap yang kerja ini tidak akan mampu untuk terbang tinggi tanpa keduanya. Ilmu dan dizikir adalah dua hal yang selalu berhubungan dan berkaitan satu dengan yang lainnya. Salah satu dari keduanya senantiasa membutuhkan yang lainnya.


Ilmu tanpa dizikir adalah kegelapan dan kesesatan, sedangkan dzikir tanpa ilmu adalah fitnah (bencana) dan kerusakan. Gerakan dakwah tanpa ilmu dan dizikir akan menjadi gerakan murni materialistik.”


      Bahkan, tidak sampai di sini, Maulana Ilyas juga pernah merisaukan akan ibadah "zakat" yang kian hari semakin melemah di tengah kehidupan umat muslim di India kala itu. Di akhir hayat Maulana, beliau cukup banyak berpesan dalam persoalan ini. Beliau pernah berkata,


“Seharusnya setiap orang memperhatikan perihal penunaian zakat, seperti perhatiannya kepada ibadah lainnya. Dan juga bagaimana setiap orang mencari mustahiq (penerima zakat) sendiri, lalu dialah yang menyerahkan zakatnya sendiri.”


Bahkan Maulana Dzofar Ahmad menjelaskan tema ini secara khusus atas perintah dari Maulana Ilyas dalam beberapa majelis beliau di Nidzomuddin.


Baca juga : Hukum Meninggalkan Tasyahud Awal bagi Imam, Makmum dan Munfarid


Wal hasil, kendati Maulana Ilyas terkenal dengan totalitasnya dalam bidang dakwah dan tabligh, namun hal ini tidak menjadikan beliau mengenyampingkan amalan-amalan agama lainnya. Dan sayangnya, sikap beliau semacam ini yang justru banyak luput dan kurang diperhatikan oleh sebagian pekerja dakwah (ahbab da’i) yang mengaku sebagai pengikut jejak Maulana Muhammad Ilyas Al Kandahlawy.


Tidak sedikit para pekerja dakwah dan tabligh sudah ‘merasa puas’ dengan dakwahnya, sehingga pada gilirannya menjadikan mereka megecilkan amalan lainnya. Hal ini tentu menjadi bahan muhasabah bagi siapa saja yang ingin mengikuti dan meneladani Maulana Muahmmad Ilyas  Al kandahlawy melalui jalur perjuangan yang beliau rintis, yakni Jama’ah Tabligh.


Semoga Alloh SWT pilih kita semua untuk bisa meneladani para masyayikh dakwah, khususnya maulana Ilyas Al Kandahlawi, baik dalam amalan dakwah wa tabligh, juga dalam amalan amalan lain yang tidak kalah pentingnya. Amiin.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama