Bahkan
ada ayat yang secara khusus membahas peristiwa ini yakni surat al Isra’
ayat 1 yang berbunyi :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى
بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَى
الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ
الْبَصِيرُ
“Maha
Suci Dzat yang telah menjalankan hamba-Nya (Muhammad SAW) pada suatu malam dari
Masjid al-Haram (Makkah) ke Masjid al-‘Aqsha (Palestina) yang Kami berkati
sekelilingnya untuk Kami perlihatkan ayat-ayat Kami kepada mereka. Sesungguhnya
Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. al-Isra’ : 1).
Rasanya
setiap umat Islam tahu bahwa peristiwa Isra’ adalah perjalanan Nabi
Muhammad SAW di malam hari dari Masjid al-Haram (Makkah) ke Masjid al-Aqsha
(Palestina). Sedangkan mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW naik
ke langit, sampai ke langit yang ketujuh bahkan ke tempat yang paling tinggi
yaitu Sidratul Muntaha.
Rasanya setiap umat Islam juga faham bahwa peristiwa isra’ mi’raj tidak akan bisa lepas dari perintah kewajiban sholat dan lika likunya dari sebelumnya wajib sholat 50 waktu hingga akhirnya mendapat “diskon” menjadi hanya wajib sholat 5 waktu saja seperti sekarang ini. Namun ternyata ada beberapa fakta tentang isra’ mi’raj yang menurut kami belum banyak diketahui oleh umat Islam. Berikut ini penjelasannya :
1. Khilafiyah tentang tahun waktu terjadinya peristiwa Isra’ dan Mi’raj
Pendapat yang masyhur tentang terjadinya peristiwa Isra’ mi’raj adalah satu tahun sebelum hijrahnya Rosulullah SAW ke Madinah. Namun faktanya tidak semua ulama’ sepakat dengan waktu isra’ mi’raj tersebut. terdapat berapa pendapat ulama’ tentang hal ini, diantaranya
a.
5
tahun sebelum Hijroh, menurut as-Syaikh ibnu Iyadh dan as-Syaikh az-Zuhri
b.
3
tahun sebelum Hijroh, menurut as-Syaikh ibnu al-Atsir
c.
Menurut
18 bulan sebelum Hijroh, as-Syaikh ibnu al-Quthaibah .
d.
1
tahun sebelum Hijroh, menurut Imam Nawawi
e.
8
bulan sebelum Hijroh, menurut as-Syaikh Ibnu al-Jauzi
f.
6
bulan sebelum Hijroh , menurut as-Syaikh Abu Robi’ bin Sulaim .
Baca juga : Hukum Meninggalkan Tasyahud Awal bagi Imam, Makmum dan Munfarid
2.
Khilafiyah
tentang bulan terjadinya peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi
Sudah jamak
diketahui bahwa peristiwa isra’ mi’raj terjadi di bulan Rajab. Namun ternyata
itupun bukanlah sebuah kesepakatan ulama’. Terdapat berapa pendapat tentang hal
ini, diantaranya :
a.
bulan
Rojab (tanggal 27) , pendapat yang diunggulkan oleh sebagian Ulama’ .
b.
bulan
Romadhon.
c.
bulan
Syawwal.
d.
bulan
Robi’ul awal, menurut as-Syaikh al-Waqidi .
3. Jumlah terjadinya peristiwa Isra’ dan Mi’raj
Sebagaimana
yang kita fahami bersama bahwa peristiwa isra’ mi’raj hanya terjadi satu kali
dan memang demikian menurut Jumhur Ulama’. Dan isra’ mi’raj yang dilakukan
Rosululoh SAW tersebut dengan jasad dan ruh beliau sekaligus.
Namun ternyata ada pedapat dari as-Syaikh Abdul Wahhab as-Sya’roni yang menyatakan
bahwa Isra’ mi’raj terjadi sebanyak 43 kali dengan rincian satu kali dengan
jasad sekaligus ruh, sedangkan isra’ mi’raj lainnya dengan ruh saja.
4. Khilafiyah tentang apakah Rosulullah SAW melihat Dzat Allah SWT dengan kasat mata ketika malam Isra’ Mi’raj
Kebanyakan dari
kita mungkin kurang begitu detail membahas ini. Ternyata terdapat dua pendapat
para ulama’ tentang ini, yaitu :
a. Beliau SAW melihat dengan kasat mata (bila kaifin wa mitsal), ini merupakan
pendapat Ahlussunnah wal jama’ah (Asy’ariyyah) , diantaranya al-Imam Ahmad bin
Hanbal ,al-imam Nawawi dan yang lainnya yang bersumber kepada sahabat Sayyidina
Abdulloh bin Abbas RA
b. Beliau
tidak melihat Dzat Allah, ini merupakan pendapat sebagian Ulama’ yang bersumber
pada hadits Sayyidina Aisyah RA.
5.
Ciri-ciri Buraq
Buraq adalah kata yang sudah tidak asing lagi bagi umat Islam. Yakni
sebuah kendaraan yang digunakan Rosululloh SAW dalam isra’ mi’raj. Berikut ciri-ciri
buraq yang dijelaskan oleh para ulama’ :
a. Berbentuk
binatang yang lebih kecil dari Bighol (peranakan kuda dan keledai) dan
lebih besar dari Himar
b.
Memiliki
dua sayap untuk terbang.
c.
Memiliki
pipi seperti manusia.
d.
Memiliki
bulu leher seperti kuda.
e.
Memiliki
empat kaki seperti kambing.
f.
Memiliki
kuku dan ekor seperti kerbau.
g.
Di
dadanya terdapat yaqut (batu permata) yang bertahtakan emas manikam
berwarna merah.
Baca juga : Kisah Rosululloh SAW dan Pecandu Rokok, Santri Wajib Tahu..!!
6.
Hikmah
Isra’ ke Baitul Maqdis.
Mungkin
sebagian dari kita pernah bertanya, kalau memang tujuannya adalah berjumpa
dengan Alloh SWT untuk menerima perintah wajibnya sholat, lalu kenapa
Rosululloh SAW terlebih dahulu “mampir” ke Baitul Maqdis dan tidak langsung
dari Masjidil Haram menuju Sidrotul Muntaha?
Berikut ini diantara
hikmah terjadinya Isra’ Nabi Muhammad SAW ke Baitul Maqdis :
a.
Baginda
Nabi SAW hendak mengumpulkan dua arah qiblat .
b.
Baitul
Maqdis merupakan tempat hijrah mayoritas Nabi dan Rosul terdahululu .
c.
Baitul
Maqdis merupakan salah satu tempat yang memiliki banyak keutamaan .
d.
Bertabarruk
(mengambil berkah) dengan Para Nabi terdahulu.
e.
Baitul
Maqdis merupakan tempat yang penuh dengan sejarah-sejarah besar .
f. Menampakkan
kebenaran terhadap mereka yang mentang
risalah yang diserukan Nabi. Sebab bila Mi’raj dilaksanakan dari Makkah langsung
menuju Sidhrotul Muntaha maka para penentang akan langsung mencemoohnya.
Namun ketika Rosululoh SAW menyebutkan bahwa beliau telah di Isra’kan ke Baitul
Maqdis maka mereka akan terkesima dan bertanya-tanya kepada beliau, tentang apa
dan di mana sebenarnya Baitul Maqdis itu sampai mereka tahu sehingga mereka pun menjadi berpikir untuk
mencari kebenaran kisah Rosululloh SAW.
g. Menghubungkan
risalah Baginda Nabi dengan risalah Para Nabi u terdahulu yang mayoritas
berasal dari negri di mana Baitul Maqdis berada .
h.
Pintu
langit berhadap-hadapan dengan Baitul Maqdis .
7.
Hikmah
di balik peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Diantara hikmah
di balik peristiwa Isro’ dan Mi’roj adalah :
a. Allah
SWT hendak memberi kesempatan kepada Rosululloh SAW untuk melihat tanda-tanda
dan kejadian yang sangat luar biasa ,yang terjadi atas kekuasaan Allah SWT.
b. Penghibur
dan pelipur lara untuk Baginda Nabi n selepas tiga peristiwa yang sangat
menyedihkan beliau yaitu wafatnya paman beliau, istri beliau yang tercinta dan
penolakan penduduk Tho’if .
*Referensi utama tulisan ini disadur dari kitab al-Isra’ wa al-Mi’roj karya Syaikh Abu Majdi Haraki.
Posting Komentar